Refleksi Terbimbing Modul 1.3 Budaya Positif
CGP.Ni Nengah Budiasih
SMA Negeri 1 Ubud
Kabupaten Gianyar
1. Apa Kekuatan dan kelemahan saya dalam menerapkan budaya positif di sekolah/kelas?
Kekuatan yang saya miliki untuk menerapkan budaya positif di sekolah/kelas,antara lain komitmen untuk bekerja keras, memiliki kepercayaan diri, dan bertanggungjawab pada pekerjaan. Profesionalitas saya sebagai seorang guru dapat dilihat dari sikap komitmen saya terhadap pekerjaan dan sekolah tempat saya mengajar. Komitmen seorang guru pada sekolahnya bisa dilihat dari tiga indikator, yakni sangat mempercayai sekolah tempatnya mengajar, sangat ingin memajukan sekolah tempat dia bekerja, dan dia akan sangat berkeinginan untuk terus mendedikasikan keahliannya di sekolah tempat dia bekerja. Ketiga indikator komitmen itu ada pada diri saya sebagai guru di SMA Negeri 1 Ubud.
Selain memiliki komitmen di atas, saya juga memiliki sifat profesional dalam kepribadian sebagai guru,seperti: rasa percaya diri, yang ditandai antara lain, memiliki motivasi yang kuat untuk berprestasi, memiliki emosi yang stabil, tidak meledak-ledak, bisa bekerjasama dengan orang lain, dan selalu mampu memberi jalan keluar untuk setiap persoalan yang dihadapi dalam kelompoknya. Kemudian seorang guru dengan kerpibadian yang baik dan memiliki rasa percaya diri harus memperlihatkan cara berfikir yang selalu positif, selalu berkeinginan keras untuk memajukan sekolahi, siap menghadapi risiko, dan selalu sehat, ceria dan energetik.
Selain komitmen dan kepercayaan diri, saya juga memiliki nilai positif,yaitu bertanggungjawab. Bertanggungjawab terhadap tugas-tugas yang dipercayakan oleh atasan dengan berusaha keras menyelesaikannya tepat waktu dengan hasil yang optimal untuk bisa dipercaya oleh atasan, teman, maupun murid. Ketiga bentuk komitmen yang tersebut di atas adalah asset untuk mengembangkan budaya positif di sekolah/kelas. Budaya positif yang ingin saya kembangkan disekolah saya,seperti; Berpikir kritis dalam memecahkan masalah, 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, dan Santun), Disiplin, Hargai waktu, Berintegritas, Belajar dengan aktif, kreatif,dan inovatif, dan Cintai lingkungan.
Untuk kelemahan yang saya miliki dalam mengembangkan budaya positif di sekolah/kelas, antara lain; inkonsistensi tindakan, tindak lanjut Tindakan yang tidak holistic, serta minimnya pendanaan terhadap kegiatan penerapan budaya positif. Terkait inkonsistensi Tindakan,saya merasakan saya mudah menyerah jika saya tidak dapat mempertahankan pihak-pihak terkait tetap berada pada kontrolsaya. Dengan kata lain saya mudah terpengaruh oleh sikap pasif /penolakan pihak lain. Saya belum memiliki keteguhan hati yang baik untuk berjuang tanpa dukungan teman-teman sejawat. Selain inkonsistensi pada diri saya, faktor lain seperti penanganan atau tindak lanjut temuan yang tidak holistik juga turut melemahkan semangat saya. Temuan-temua terhadap pelanggaran siswa yang tidak mendapat penanganan yang sesuai akan mementahkan segala usaha yang telah dilakukan. Hal lain yang ikut menjadi kelemahan dalam penerapan budaya positif di sekolah saya,adalah minimnya pendanaan. Setiap program tentu akan berjalan dengan baik jika didukung oleh pembiayaan yang baik.
2. Apa perubahan yang akan saya lakukan untuk menerapkan budaya positif di sekolah/kelas?
Perubahan yang akan saya lakukan untuk menerapkan budaya positif di sekolah/kelas adalah, antara lain; 1). Saya ingin membangun budaya berpikir kritis pada murid dan guru Ketika memecahkan masalah. Baik guru maupun murid, nantinya, mampu mengedepankan argumentasi, logika, serta analisis sebelum membuat keputusan. 2). Budaya 5S (Senyum, Salam,Sapa,Sopan, dan Santun). Semua warga sekolah menjadi icon budaya 5S. Budaya 5S diterapkan tidak hanya kepada tamu luar yang datang ke sekolah, melainkan juga antar warga sekolah. Halini bertujuan untuk menjalin kedekatan hubungan secara sosial emosional. 3). Disiplin. Semua warga sekolah bertanggungjawab pada kewajibannya, selalu siap melaksanakan tugas, serta selalu berorientasi pada prestasi. 4). Hargai waktu. Setiap warga sekolah sadar dalam menghargai waktu, seperti datang dan meninggaklan seklah tepat waktu dan menyelesaikan tugas tepat waktu. 5). Berpikir. berkata, dan bertindak positif (Integritas). Setiap warga sekolah memiliki integritas tinggi, seperti memiliki pikiran-pikiran/gagasan-gagasan positif yang mampu mengembangkan sekolah, menyampaikan gagasan-gagasan tersebut dalam Bahasa yang santun, serta melaksanakan gagasa-gagasa tersebut dengan tulus iklas dengan sepenuh hati dan sekuat tenaga untuk kemajuan sekolah. 6). Belajar dengan aktif, kreatif,dan inovatif. Guru dan murid terbiasa menjadi pribadi pebelajar sepanjang hayat. Selalu menmpa diri dengan ilmu pengetahuan, dengan senang hati meningkatkan kompetensi serta selalu update dengan perkembangan teknologi informasi. 7).Cintai lingkungan. Lingkungan yang nyaman akan mendukung proses pembelajaran. Semua warga sekolah memiliki kebutuhan untuk merawat lingkungan, menjaga kebersihan sekitar, serta memiliki kesadaran untung merawat keberlangsungan lingkungan sehat dan nyaman.
3. Apa langkah pertama yang ingin saya lakukan untuk menerapkan budaya positif di sekolah/kelas?
Langkah pertama yang ingin saya lakukan untuk menerapkan budaya positif di kelas adalah mengumpulkan murid-murid yang saya ajar melalui zoom meeting, serta menyampaikan tujuan pertemuan serta berbincang-bincang santai Bersama murid-murid terkait budaya positif sekolah yang dikemas dalam kesepakatan kelas. Untuk bisa menyerap aspirasi murid secara lebih maksimal, saya akan menyebarkan survey kebutuhan murid akan kelas dan suasana pembelajaran yang ideal melalui tautan google form.
4. Siapa sajakah yang dapat saya libatkan dalam pembentukan budaya positif di sekolah?
Yang dapat saya libatkan dalam pembentukan budaya positif di sekolah adalah kepala sekolah,wakil kepala sekolah,Komite Sekolah, BK, wali kelas, guru mata pelajaran, Pembina OSIS, Pengurus OSIS, serta pengurus kelas. Koordinasi pertama adalah untuk menyampaikan tujuan dari penerapan budaya positif serta nilai-nilai yang ingin dikembangkan. Selanjutnya, mulai dari diri sendiri,saya memberikan contoh penerapan budaya positif dengan mengacu pada 4 komponen seperti; 5 posisi control guru, kesepakatan kelas, disiplin positif, serta budaya positif. Setelah berjalan di kelas-kelas yang saya ajar, selanjutnya saya perlu mengusulkan kepada kepala sekolah untuk dibuatkan tim Budaya Positif untuk selanjutnya Bersama-sama tim menyusun program kerja untuk bisa segera disosialisasikan panduan interaksi guru dan murid dalam mengembangkan budaya positif.
Categories
Label
Weekly
-
WHAT IS VOICE? In English grammar, voice doesn't mean the sound you make when you speak. It shows whether the subject is doing the act...
-
Necessity: must, have to, have got to, need The word "necessity" is a general term used for describing the...
-
Salam dan Bahagia Perkenalkan saya Ni Nengah Budiasih, CGP dari Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali, kali ini saya akan menyampaikan kesimpulan...
-
We normally use WILL to speak about the future. It is always combined with another verb. Since WILL is classified as a modal verb (li...
Mengenai Saya
Rabu, 23 Juni 2021
Selasa, 01 Juni 2021
Langganan:
Postingan (Atom)
Weekly
-
WHAT IS VOICE? In English grammar, voice doesn't mean the sound you make when you speak. It shows whether the subject is doing the act...
-
Necessity: must, have to, have got to, need The word "necessity" is a general term used for describing the...
-
Salam dan Bahagia Perkenalkan saya Ni Nengah Budiasih, CGP dari Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali, kali ini saya akan menyampaikan kesimpulan...
-
We normally use WILL to speak about the future. It is always combined with another verb. Since WILL is classified as a modal verb (li...